Minggu, 03 Juni 2018

Ekonomi Moneter#

Tugas 3 (Softskill)


INFLASI


A.    PENJELASAN TENTANG INFLASI


Pengertian Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus. Jika inflasi meningkat, maka harga barang dan jasa di dalam negeri mengalami kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa tersebut menyebabkan turunnya nilai mata uang. Dengan demikian, inflasi dapat juga diartikan sebagai penurunan nilai mata uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum.

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.

Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumis masyarakat. Penentuan barang dan jasa dalam keranjang IHK dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.

Indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice antara lain:
  1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas. [Penjelasan lebih detail mengenai IHPB dapat dilihat pada web site Badan Pusat Statistik www.bps.go.id].
  2. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengkuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasiikan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.


Pengelompokan Inflasi

Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia di kelompokkan ke dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of Individual consumption by purpose - COICOP), yaitu:
  1. Kelompok Bahan Makanan
  2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
  3. Kelompok Perumahan
  4. Kelompok Sandang
  5. Kelompok Kesehatan
  6. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
  7. Kelompok Transportasi dan Komunikasi.


Jenis-Jenis Inflasi

Jenis inflasi dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
  • Inflasi Berdasarkan Sifatnya
Dalam kelompok yang pertama ini, inflasi dibagi lagi berdasarkan sifatnya yang terdiri dari 4 macam:
  1. Inflasi rendah adalah inflasi yang mempunyai nilai kurang dari 10% per tahunnya.
  2. Inflasi menengah merupakan inflasi dengan nilai antara 10 – 30% per tahunnya.
  3. Inflasi Berat, jenis inflasi yang beasarnya antara 30 – 100% per tahun.
  4. Inflasi tinggi (Hiper inflasi) adalah inflasi yang ditandai dengan naiknya harga barang secara drastis  hingga mencapai 4 digit (di atas 100%).
  • Inflasi Berdasarkan Sebabnya
  1. Tarik Permintaan (Demand Pull Inflation)
yaitu inflasi yang terjadi karena kelebihan permintaan atas barang dan jasa. Kelebihan permintaan yang tidak dapat dipenuhi produsen tersebut tentu akan mendorong kenaikan harga-harga, karena permintaan lebih besar daripada penawaran.

Gambar: Kurva Inflasi Tarikan Permintaan

Dalam gambar tersebut di atas terlihat bahwa, seperti telah sering dijelaskan karena JUB meningkat, permintaan masyarakat untuk berkonsumsi akan cenderung meningkat, dan peningkatan ini akan megeser kurva permintaan ke kanan (Demand 2), sehingga meskipun produksi dan permintaan naik dari Q1 ke Q2, namun harga akan naik dari P1 ke P2, sehingga bila ini terjadi pada semua barang akan menimbulkan inflasi.

      2. Desakan biaya (Cost push inflation)

yaitu inflasi yang terjadi karena kenaikan biaya produksi. Biaya produksi yang naik akan mendorong naiknya harga-harga barang dan jasa. Selain itu, kenaikan biaya produksi akan mengakibatkan turunnya jumlah produksi sehingga penawaran menjadi berkurang, jika penawaran berkurang sedangkan permintaan diasumsikan tetap, maka akibatnya harga-harga akan naik.

Gambar: Kurva Inflasi desakan biaya

Dari gambar di atas terlihat bahwa, kenaikan harga (dari P1 ke P2) terjadi akibat meningkatnya biaya produksi, yang mendorong produsen untuk mengurangi jumlah produksinya (garis Supplay 1 bergeser ke kiri menuju Supplay 2), akibatnya jumlah produksi berkurang dan harga naik dari P1 ke P2.

  • Inflasi Berdasarkan Asalnya
Jenis inflasi ini terbagi menjadi 2 yaitu:
  1. Domestic inflationyaitu inflasi yang sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan pengelolaan perekonomian baik di sektor riil ataupun di sektor moneter di dalam negeri oleh para pelaku ekonomi dan masyarakat.
  2. Imported inflation. yaitu inflasi yang disebabkan oleh adanya kenaikan harga-harga komoditi di luar negeri (di negara asing yang memiliki hubungan perdagangan dengan negara yang bersangkutan). Inflasi ini hanya dapat terjadi pada negara yang menganut sistem perekonomian terbuka (open economy system). Dan, inflasi ini dapat ‘menular’ baik melalui harga barang-barang impor maupun harga barang-barang ekspor.


Determinan Inflasi

Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi inflasi. Faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya distribusi.

Faktor penyebab terjadinya demand pull inflation adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaanya. Dalam konteks makro ekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total (agregate demand) lebih besar daripada kapasitas  perekonomian. Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam keputusan kegiatan ekonominya. Ekspektasi inflasi tersebut apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutam apda saat menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal, dan tahun baru) dan penentuan upah minimum regional (UMR). Meskipun ketersediaan barang secara umum diperkirakan mencukupi dalam mendukung kenaikan permintaan, namun harga barang dan jasa pada saat-saat hari raya keagamaan meningkat lebih tinggi dari kondidi supply-demand tersebut. Demikian halnya pada saat penentuan UMR, padagang ikut pula meningkatkan harga barang meski kenaikan up tersebut tidak terlalu signifikan dalam mendorong peningkatan permintaan.



Disagregasi Inflasi

Disamping pengelompokan berdasarkan COICOP tersebut, BPS saat ini juga mempublikasikan inflasi berdasarkan pengelompokan yang lainnya yang dinamakan disagregasi inflasi. Disagregasi inflasi tersebut dilakukan untuk menghasilkan suatu indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.

Di Indonesia, disagegasi inflasi IHK tersebut dikelompokan menjadi:

1.  Inflasi Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti:
  • Interaksi permintaan-penawaran
  • Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang
  • Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen
2.   Inflasi Non-Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitasnya karena dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Komponen inflasi non-inti terdiri dari:
  • Inflasi Komponen Bergejolak (Volatile Food): Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional.
  • Inflasi Komponen Harga yang diatur Pemerintah (Administered Prices): Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dll.


Pentingnya Kestabilan Harga

Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin.

Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.

Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah.



B.    PENYEBAB TERJADINYA INFLASI

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya inflasi, berikut adalah penjelasannya:
  • Kenaikan Permintaan Agregate (Demand Pull Inflation)
Dalam hal ini perubahan permintaan memengaruhi tingkat harga. Tingginya permintaan yang lebih besar dibandingkan dengan penawaran akan menyebabkan naiknya harga. Inflasi ini bisa terjadi karena permintaan atau daya tarik masyarakat yang kuat terhadap suatu barang. Inflasi terjadi karena munculnya keinginan berlebihan dari suatu kelompok masyarakat yang ingin memanfaatkan lebih banyak barang dan jasa yang tersedia di pasaran. Karena keinginan yang terlalu berlebihan itu, permintaan menjadi bertambah, sedangkan penawaran masih tetap yang akhirnya mengakibatkan harga menjadi naik.
  • Bertambahnya Uang yang Beredar (Quantity Theory Inflation)
Inflasi disebabkan karena bertambahnya uang yang beredar dikemukakan oleh kaum klasik yang menyatakan bahwa ada keterkaitan antara jumlah uang yang beredar dengan harga-harga. Apabila jumlah barang tetap namun jumlah uang yang beredar lebih besar dua kali lipat, maka harga barang pun menjadi lebih mahal dua kali lipat.
  • Kenaikan Biaya Produksi (Cost Push Inflation)
Kondisi inflasi ini disebabkan karena adanya dorongan kenaikan biaya produksi dalam jangka waktu tertentu secara terus menerus. Secara umum inflasi kenaikan biaya produksi ini disebabkan karena desakan biaya faktor produksi yang terus naik. Naiknya biaya produksi dikarenakan meningkatnya harga faktor-faktor produksi bahan baku dan alat.

Contoh, suatu serikat pekerja menuntut kenaikan upah dan perusahaan menerima tuntutan itu. Meningkatnya upah pekerja akan mengakibatkan naiknya biaya produksi. Dampak dari kedua hal tersebut ialah perusahaan menaikkan dan membebankan biaya produksi terhadap konsumen melalui harga yang lebih tinggi.
  • Inflasi Campuran (Mixed Inflation)
Inflasi campuran ini terjadi karena adanya kenaikan penawaran dan permintaan. Hal ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan. Ketika permintaan terhadap suatu barang atau jasa bertambah, kemudian mengakibatkan penyediaan barang dan faktor produksi menjadi turun. Sementara itu, pengganti atau substitusi untuk barang dan jasa tersebut terbatas atau tidak ada. Keadaan yang tidak seimbang ini akan menyebabkan harga barang dan jasa menjadi naik. Inflasi jenis ini akan sangat sulit diatasi atau dikendalikan ketika kenaikan supply akan suatu barang atau jasa lebih tinggi atau setidaknya setara dengan permintaan.
  • Inflasi Ekspektasi (Expected Inflation)
Adalah inflasi yang terjadi akibat adanya perilaku masyarakat secara umum yang bersifat adatif atau forward looking. Dalam hal ini, masyarakat menilai bahwa di masa yang akan datang kondisi ekonomi menjadi semakin baik dari masaa sebelumnya.

Harapan masyarakat ini dapat menyebabkan terjadinya demand pull inflation maupun cost push inflation. Hal ini tergantung pada harapan masyarakat yang mana akan lebih baik dan bagaimana kondisi persediaan barang dan faktor produksi saat itu dan masa datang. Inflasi jenis ini relative sulit untuk dideteksi secara pasti, sehingga kurang diperhatikan.
  • Struktural Ekonomi yang Kaku (Structural Theory Inflation)
Menjelaskan penyebab inflasi dari segi struktural ekonomi yang kaku. Produsen tidak bisa mencegah dengan cepat kenaikan permintaan yang diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk. Akhirnya permintaan sulit dipenuhi saat ada pertumbuhan jumlah penduduk.


C.    COST PLUS INFLATION

  • MODEL KEYNESIAN
Teori ini mengasumsikan  bahwa perekonomian sudah berada pada tingkat full employment. Menurut Keynes kuantitas uang tidak berpengaruh terhadap tingkat permintaan total, karena suatu perekonomian dapat mengalami inflasi walaupun tingkat kuantitas uang tetap konstan. Jika uang beredar bertambah maka harga akan naik.  Kenaikan harga ini akan menyebabkan bertambahnya permintaan uang untuk transaksi, dengan demikian akan menaikkan suku bunga. Hal ini akan mencegah pertambahan permintaan untuk investasi dan akan melunakkan tekanan inflasi.

Analisa Keynes mengenai inflasi permintaan dirumuskan berdasarkan konsep inflationary gap. Menurut Keynes, inflasi permintaan yang benar-benar penting adalah yang ditimbulkan oleh pengeluran pemerintah, terutama yang berkaitan dengan peperangan, program investasi yang besar-besaran dalam kapital sosial. Dengan demikian pemikiran Keynes tentang inflasi dapat dirumuskan menjadi:

Inflasi = f (jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah, suku bunga, investasi)


  • MODEL EKSPEKTASI
Menurut Dornbusch, bahwa pelaku ekonomi membentuk ekspektasi laju inflasi berdasarkan ekspektasi adaptif dan ekspektasi rasional. Ekspektasi rasional adalah ramalan optimal mengenai masa depan dengan menggunakan semua informasi yang ada. Pengertian rasional adalah suatu tindakan yang logik untuk mencapai tujuan berdasarkan informasi yang ada. Artinya secara sederhana teori ekspektasi dapat dinotasikan menjadi:

Inflasi = f (ekspektasi adaftif,ekspektasi rasional)


  • MODEL MONETARIS
Teori kuantitas uang (monetarist model) adalah sebuah teori yang menyatakan bahwa kuantitas uang yang ada menentukan tingkatan harga yang berlaku, dan bahwa tingkat pertumbuhan kuantitas uang yang ada menentukan tingkat inflasi (Mankiw, 2007). Dalam menganalisis kerangka teori kuantitas uang (Nanga, 2001), kaum Klasik menggunakan persamaan pertukaran (equation of exchange) MV sama dengan PY, atau secara rumus dapat ditulis sebagai berikut:












Dimana:
DP/P        =  tingkat inflasi
DMs/Ms  =  pertumbuhan jumlah uang beredar
DV/V      =  persentase perubahan dalam kecepatan perputaran uang
DY/Y      =  laju pertumbuhan output

Dengan mengasumsikan bahwa kecepatan perputaran uang (V) adalah konstan (DV/V=0) dan perekonomian berada pada tingkat kesempatan kerja penuh atau full employment adalah tetap/konstan (DY/Y=0), maka dari persamaan tersebut dapat diketahui sumber inflasi disebabkan oleh pertumbuhan jumlah uang beredar.







Bila jumlah uang bertambah lebih cepat (karena terlalu banyak uang beredar) dibandingkan volume transaksi/pertambahan barang, maka nilai uang akan merosot, dan ini berarti kenaikan harga. Untuk itu perlu dilakukan pembatasan jumlah uang beredar dan jumlah kredit yang dapat meningkatkan jumlah uang beredar. Jika dirumuskan, pendapat tersebut di atas akan diperoleh fungsi sebagai berikut:

Inflasi = f (jumlah uang beredar)

  • MODEL KEPEMIMPINAN GAJI
Apabila model Keynesian dan Monetaris lebih melihat penyebab kenaikan harga dari sisi permintaan, maka model ini mempercayai bahwa penyebab kenikan harga adalah terjadinya kenaikan gaji (tuntutan dari serikat buruh atau peraturan Pemerintah) pada industri-industri yang utama, yang kemudia diikuti oleh industriindustri lainnya. Kenaikan gaji ini tentu saja akan berdampak pada meningkatnya ongkos produksi, bila industri tersebut tidak dapat melakukan efisiensi di pos biaya produksi lainnya, sehingga harga produk akan naik (cost-push inflation).


  • MODEL STRUKTURALIS
Teori Strukturalis adalah teori yang didasarkan atas pengalaman di negara-negara Amerika Latin. Teori ini menekankan pada ketegaran (infleksibilitas) dari struktur perekonomian negara-negara sedang berkembang. Melalui beberapa studi mengenai inflasi di negara berkembang, ditunjukkan bahwa inflasi bukan sematamata merupakan fenomena moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push inflation. Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi negaranegara berkembang pada umumnya yang masih bercorak agraris. Adanya goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya gagal panen (akibat faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat, bencana alam, dan sebagainya), atau hal-hal yang memiliki kaitan dengan hubungan luar negeri, misalnya memburuknya term of trade; utang luar negeri; dan nilai tukar valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik. Selanjutnya, jika ditulis dalam suatu persamaan fungsi maka penyebab inflasi menurut teori Struktural tersebut dapat dituliskan sebagai:

Inflasi = f (harga barang dalam negeri, surplus/defisit neraca perdagangan, harga komoditas luar negeri, utang luar negeri, nilai tukar valuta asing)


  • MODEL NEO STRUKTURALIS
Ada kaitannya dengan model Monetaris, model ini juga sepakat bahwa jumlah uang menjadi faktor penting penentu besaran inlflasi. Hanya saja menurut model ini, pengaruh tersebut melalui proses sebagai berikut: Banyaknya uang yang tersedia untuk investasi akan menyebabkan harga uang tersebut, yaitu tingkat bunga menjadi rendah. Rendahnya tingkat bunga akan mendorong meningkatnya volume investasi, sehingga nilai produksi akan meningkat, dan tentu saja harga akan lebih rendah (inflasi rendah), begitu pula sebaliknya.











_______________________________________________________________________


Sumber:







Tidak ada komentar:

Posting Komentar